Logo PP Muhammadiyah. Dok Istimewa Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, telah lama dikenal dengan kontribusinya di sektor pendidikan dan kesehatan. Namun, kini ada seruan untuk memperluas jangkauan bisnisnya ke sektor-sektor lain yang memiliki potensi besar, seperti pangan dan ritel modern. Sejumlah ekonom dan asosiasi percaya bahwa aksi ini bisa jadi langkah strategis untuk mendukung perekonomian nasional. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi B. Sukamdani, mengungkapkan potensi besar di sektor pangan. Indonesia masih bergantung pada sejumlah komoditas pangan yang diimpor, termasuk jagung, kerbau, dan sapi. “Investasi dalam negeri diperlukan untuk mengurangi ketergantungan impor kita,” tegas Hariyadi dalam pernyataannya. Dengan sumber daya manusia yang melimpah, Muhammadiyah diharapkan bisa berkontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Sektor pertanian dan peternakan menjadi fokus utama yang bisa digarap. Hariyadi juga menekankan betapa pentingnya sektor perikanan dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia secara berkelanjutan. Dengan pengalaman dan jaringan yang dimiliki, Muhammadiyah diharapkan bisa menjadi motor penggerak dalam memproduksi komoditas pangan lokal dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar negeri. Selain sektor pangan, para ahli juga menggarisbawahi peluang pengembangan dalam ritel modern. Ekonom senior, Fuad Bawazier, meyakini bahwa Muhammadiyah bisa memperluas bisnisnya ke toko-toko ritel, sehingga lebih dekat dengan masyarakat. Konsep ritel kecil yang ramah syariah dinilai dapat menjadi ladang potensi. “Bisnis ritel ini dekat dengan rakyat sehari-hari dan memenuhi kebutuhan mereka,” ungkap Fuad dalam sebuah forum bisnis. Dalam beberapa tahun terakhir, Muhammadiyah telah membuktikan komitmennya untuk memperluas portfolio bisnis. Dari perguruan tinggi dan rumah sakit, kini ormas ini juga memasuki sektor perhotelan, pusat wisata, dan katering. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya berperan dalam pelayanan sosial tetapi juga aktif dalam perekonomian. Berbagai inisiatif ini diharapkan tidak hanya akan memperkuat posisi Muhammadiyah di sektor bisnis, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Peningkatan peluang kerja dan peningkatan ketersediaan produk lokal bisa menjadi hasil nyata dari pengembangan bisnis Muhammadiyah di dua sektor ini. Pentingnya kolaborasi juga disoroti oleh para ekonom. Kerjasama antara Muhammadiyah dan berbagai pihak, termasuk PHRI, sangat diperlukan untuk mewujudkan potensi besar yang ada. “Kami sangat yakin Muhammadiyah dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan,” tambah Hariyadi. Keberanian Muhammadiyah untuk menjelajahi sektor-sektor baru ini membuatnya berada di jalur yang tepat untuk beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Dengan pendekatan berbasis nilai dan prinsip syariah, Muhammadiyah dapat menjadi contoh bagi organisasi lain dalam memanfaatkan peluang bisnis yang ada, menunjukkan bahwa ormas dapat berkontribusi tidak hanya dalam aspek sosial, tetapi juga dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan peningkatan minat pada pengembangan bisnis di sektor pangan dan ritel modern, Muhammadiyah berpotensi tidak hanya sebagai pelaku ekonomi tetapi juga sebagai agen perubahan dalam menciptakan kemandirian pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejumlah langkah strategis dan kolaborasi akan menjadi kunci untuk mencapai tujuan ini.