Perbaikan Data
Perbaikan Data khusus anggota
Klik Di Sini

Pengusaha Sebut Data BPS Semu: Pekerja dari PIK ke Jakarta Dihitung Wisatawan

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia menilai data pertumbuhan jumlah perjalanan wisatawan nusantara maupun kunjungan wisatawan mancanegara yang dirilis Badan Pusat Statistik tidak menggambarkan industri pariwisata nasional. Data tersebut hanya menunjukkan kondisi parsial dan tidak spesifik menunjukkan kegiatan wisata.Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran menyebut, Badan Pusat Statistik bahkan menghitung perjalanan pekerja yang tinggal di Pantai Indah Kapuk dan bekerja di DKI Jakarta sebagai perjalan wisnus. Hal tersebut terjadi sebab metode pengambilan data perjalanan wisnus oleh BPS adalah mobile positioning data."Betul, meningkatnya performa industri pariwisata karena data perjalanan wisnus oleh BPS itu semu. Data itu tidak bisa dijadikan satu-satunya indikator performa industri pariwisata nasional," kata Maulana kepada Katadata.co.id, Selasa (4/11).BPS mendata jumlah perjalanan wisnus naik 13,19% per September 2025 dar September 2024 sejumlah 83,36 juta kali menjadi 94,35 juta kali. Capaian tersebut membuat jumlah perjalanan wisnus pada Januari-September 2025 tumbuh hampir 19% secara tahunan menjadi 901,9 juta kali.Data BPS  menunjukkan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara naik 9,04% pada September 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu jumlah 1,27 juta orang menjadi 1,29 juta orang. Total kunjungan wisman pada sembilan bulan pertama tahun ini tumbuh 10,22% secara tahunan menjadi 11,43 juta orang.Maulana mengingatkan, jumlah kunjungan wisman hanya terkonsentrasi pada dua daerah, yakni Bali dan Jakarta. Hal tersebut sejalan dengan pintu masuk utama wisman per September 2025, yakni Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta."Jadi, data yang benar-benar menunjukkan kondisi industri pariwisata nasional adalah tingkat okupansi hotel. Sebab, 98% orang yang menginap di hotel melakukan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain," katanya.Berdasarkan data BPS, okupansi hotel pada September 2025 susut 4,52 poin secara tahunan menjadi 50,16%. Okupansi hotel di Bali pun tercatat turun dari 69,54% pada Agustus 2025 menjadi 68,17% pada September 2025.Maulana menjelaskan, industri pariwisata memiliki dua pasar, yakni pasar liburan dan bisnis. Menurutnya, mayoritas industri pariwisata di dalam negeri bergantung pada pasar bisnis untuk bertahan hidup.Ia pun  mengatakan, penurunan okupansi hotel per September 2025 disebabkan oleh berkurangnya kegiatan pemerintah pusat di daerah. Hal ini tercermin dari turunnya penumpang perjalanan udara domestik sebesar 11,24% dari September 2024 sejumlah 5,45 juta orang menjadi 4,84 juta orang pada September 2025."Kalau dari beberapa maskapai penerbangan, mereka mencatat penurunan penumpang sampai 15% pada Januari-September 2025. Namun, kami mencatat jumlah wisatawan bisnis turun sampai 18% pada periode yang sama," ujarnya.Maulana memprediksi, rata-rata okupansi hotel pada tahun ini dipastikan lebih rendah dari tahun lalu sekitar 52,5%. Sebab, efisiensi perjalanan dinas oleh pemerintah pusat tidak akan membuat okupansi hotel pada November-Desember memuncak seperti tahun lalu dengan rata-rata 55%.Selain itu, Maulana meragukan pasar liburan pada masa liburan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 dapat menggantikan pasar bisnis pada akhir tahun ini. "Jadi, kami pesimis permintan akhir tahun ini dapat menutupi turunnya okupansi hotel yang sudah sekitar 5% pada sembilan bulan pertama tahun ini," katanya Reporter: Andi M. Arief