(MI/HO) TAHUN ini diakui pelaku industri terjadi tekanan terhadap bisnis perhotelan. Ini disebabkan pengurangan anggaran pemerintah. "Kontribusi pemerintah ke hotel dan MICE (meeting, incentives, conferences and exhibitions) sangat dominan dan signifikan. Begitu pun kebijakan di daerah yang memengaruhi bisnis hotel. Dulu misalnya ada wisuda sekolah dan field trip," papar Presiden Direktur Paramount Enterprise, M. Nawawi, Tangerang, Kamis (13/11). Nawawi melanjutkan bahwa biaya operasional seperti tagihan air juga naik. Ini tentu berpengaruh besar ke bisnis hotel. Selain itu, tumbuh banyak kompetitor di Bali berupa vila dan resor murah. Bisnis hotel menjadi semakin melemah. "Kami punya hotel di Bali dan merasakan tantangan itu," ungkap Nawawi. Perusahaan hingga kini memiliki 10 hotel. Untuk menghadapi tantangan itu, pihaknya melakukan intensifikasi alias tidak membuat hotel di mana-mana tetapi mengoptimalkan fisik dan nonfisik. Ia menargetan 2-3 tahun ke depan hotel-hotel tersebut akan memiliki wajah baru atau direnovasi. Paramount juga akan mengembangkan energi terbarukan di Sumatra Utara dan Kalimantan Utara berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Sekarang perusahaan baru memiliki mikrohidro di Padang, Sumatra Barat, dan Bengkulu. Ke depan, pihaknya akan menggandeng beberapa mitra hadir di pulau lain. "Bisnis energi ini akan memiliki kontribusi recurring income," tandasnya. (I-2)