TRIBUNBATAM.id, BATAM - Mati air di Batam berhari-hari tak hanya dirasakan warga saja. Pemilik hotel di Batam juga terimbas gegara mati air di Batam sejak Kamis (30/11). Mati air di Batam, khususnya di Nagoya, Lubukbaja, Batuampar hingga Bengkong terjadi akibat pipa utama di Simpang Baloi pecah akibat tertimpa ekskavator. Perbaikan pun diklaim sudah tuntas dilakukan Senin (4/12). Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) BPD Provinsi Kepulauan Riau, Yeyen Heryawan, mengungkapkan, ada kurang lebih 50 hotel di area Nagoya, Lubuk Baja, dan Batu Ampar yang mengalami problem mati air di Batam ini. Baca juga: Mati Air di Batam dan Kendala Perbaiki Pipa Pecah di Baloi Gegara Ekskavator "Kondisi mati air terjadi selama tiga sampai empat hari. Dampaknya sangat besar, pelayanan kami jadi tidak maksimal," ujar Yeyen, ketika dihubungi, Rabu (6/12/2023). Sejumlah hotel terpaksa membeli air dari vendor yang harganya cukup mahal. Salah satu hotel di Harbour Bay, Batam, kata Yeyen, bahkan telah mengeluarkan biaya sampai ratusan juta Rupiah untuk menutupi kebutuhan air selama empat hari itu. Sementara itu, hotel-hotel lainnya juga menambah pengeluaran mencapai puluhan juta. Hal ini membuat ongkos pengeluaran jadi jauh lebih berat. Belum lagi, hotel-hotel harus mengantre jika ingin membeli air dar vendor. Sebab, dampak mati air dirasakan secara kolektif dan membuat permintaan akan air kian tinggi. Baca juga: Mati Air di Batam 5 Hari Buat Gusar Warga Bengkong, Minta ABH Kirim Mobil Tangki "Pastinya dari sisi pengeluaran jadi nambah, ada peningkatan expense. Kendala lainnya, kalau kita pesan air, nggak bisa langsung dapat, harus antre," ujar Yeyen. Dengan adanya kendala ini, ia langsung menghubungi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, serta Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk meminta solusi.