Piala Dunia U-17 2023 meninggalkan banyak kesan positif untuk banyak kalangan di Indonesia. Termasuk di Surabaya. Piala Dunia U-17 tak hanya menyuguhkan pertandingan-pertandingan seru yang mengesankan, namun juga memberikan ilmu baru bagi sebagian orang yang terlibat secara langsung maupun tak langsung.Ram Surahman merupakan salah satunya. Pria asal Benjeng, Gresik, Jawa Timur tersebut sudah puluhan tahun bergulat di tim Persebaya Surabaya. Memulai karier sebagai wartawan, Ram kemudian masuk ke manajemen sebagai media officer. Dalam perkembangannya, ia dipercaya sebagai sekretaris tim Persebaya hingga saat ini.Selain itu, Ram juga mendapatkan mandat menjadi Ketua Panpel Pertandingan Persebaya dalam beberapa tahun belakangan. Pada tahun ini Ram juga dilibatkan menjadi staf ticketing di Piala Dunia U-17. Khususnya dalam penyelenggaraan di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya.Ram Surahman Ketua Panpel Persebaya saat berada di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, pada Sabtu (23/9/2023) malam. Foto: Dokumen suarasurabaya,netPerjalanan selama menjadi bagian dari Piala Dunia U-17 2023 inilah yang membuat Ram takjub. Ternyata pelajaran serta pengalaman selama ini didapatkan di sepak bola nasional, masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Piala Dunia U-17 2023.“Secara pribadi saya belajar banyak dari penyelenggaraan pertandingan Piala Dunia U-17. Ada beberapa hal yang bisa kami adopsi. Juga kami tiru dan modifikasi,” ungkapnya.Dalam aspek tiket saja, ada banyak perbedaan antara Piala Dunia U-17 2023 dengan kompetisi Liga 1 yang selama ini dijalani. Ram mencontohkan, dalam Piala Dunia U-17 2023, penonton harus duduk di bangku yang sesuai dengan nomor yang tertera di tiket.Selain itu, menurutnya, jumlah penonton yang hadir di stadion terdeteksi secara nyata dan real time. Hal ini karena penonton yang mengakses Stadion GBT, harus melalui pintu pengecekan yang sudah dipasang panitia penyelenggara.“Terkait jumlah orang di area Stadion GBT, sangat menarik untuk diadopsi. Sebab, kami tahu persis jumlah orang yang ada di stadion. Hal ini baik untuk mitigasi,” ujar Ram.Katon, pendukung Timnas Indonesia asal Temanggung Jawa Tengah berpenampilan unik yang optimistis Indonesia unggul dari Panama di Stadion GBT Surabaya, Senin (13/11/2023). Foto: Dokumen suarasurabaya.netSelain menjadi sarana belajar untuk pelaku olahraga, khususnya sepak bola, Piala Dunia U-17 juga memberikan dampak ekonomi untuk Surabaya sebagai kota penyelenggara. Salah satu sektor yang terdongkrak adalah perhotelan.Puguh Sugeng Sutrisno Ketua Harian Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surabaya menyebut, terdapat kenaikan angka tamu hotel di Kota Pahlawan yang berkisar antara lima hingga sepuluh persen. Menurut Puguh, kenaikan itu untuk hotel yang dekat venue latihan maupun titik shuttle bus.“Adanya shuttle bus mempermudah tamu-tamu yang tinggal di hotel untuk mengakses Stadion GBT,” ucap Puguh.Puguh mengungkapkan bahwa lonjakan terbesar terjadi menjelang pembukaan Piala Dunia U-17 2023 pada Jumat (10/11/2023) lalu. Bahkan hotel-hotel di tengah Kota Surabaya memiliki tingkat hunian yang sangat tinggi. Mencapai 95 persen.Sebab pada saat ini banyak tamu yang datang ke Surabaya. Baik itu pejabat negara dan petinggi FIFA, hingga kalangan artis. “Kami bersyukur penyelenggaraan Piala Dunia U-17 berdampak positif bagi hunian hotel di Surabaya. Kami berharap ke depan ada event-event besar lagi di Surabaya,” harapnya.Setelah berhasil menyelenggarakan Piala Dunia U-17 2023, Indonesia bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Ya, Indonesia Indonesia berancang-ancang untuk maju sebagai calon tuan rumah Piala Dunia U-20 2025. Hal itu disampaikan langsung oleh Joko Widodo Presiden pada Senin (4/12/2023) di Jakarta.Jokowi Presiden menginstruksikan PSSI bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menjajaki penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2025 dan Piala Dunia U-17 2025-2029 dalam pengajuan bersama dengan Singapura.“Saya yakin Indonesia dan Singapura akan dapat menjadi tuan rumah yang baik untuk kedua turnamen,” ucap Jokowi.Erick Thohir Ketua Umum PSSI siap menjalankan misi ini. Menurutnya, langkah Indonesia untuk maju dalam bidding Piala Dunia U-20 2025 tak lepas dari respons positif peserta dan FIFA atas penyelenggaraan Piala Dunia U-17 2023.“Berkat kesuksesan ini, kesempatan untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2025 dan Piala Dunia U-17 2025-2029 terbuka lebar,” ungkap Erick.Lantas, bagaimana peluang Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2025?Kesit Budi Handoyo pengamat sepak bola menyebut, secara umum pujian yang disampaikan oleh FIFA untuk sukses Indonesia menggelar Piala Dunia U-17 2023 memang layak dibanggakan. Sebab, pujian itu sangat positif untuk sepak bola Indonesia.“Karena menyelenggarakan event sekelas Piala Dunia itu tidak gampang. Apalagi penunjukan Indonesia itu mendadak. Meski kita memang sudah bersiap untuk Piala Dunia U-20,” katanya ketika mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (5/12/2023).Kesit menganggap, pujian itu tak hanya disampaikan oleh FIFA saja, melainkan juga seluruh negara peserta Piala Dunia U-17 2023. Memang ada keluhan. Namun lebih ke aspek cuaca yang dirasakan sebagian negara peserta. Juga tentang situasi di jalan raya.“Tapi, hal ini bukan hal terlalu urgent, sebab di negara mana pun selalu ada. Secara umum peserta itu memuji, mereka puas main di Indonesia,” terangnya.Kesit menambahkan, sukses Piala Dunia U-17 2023 menjadi modal Indonesia untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2025. Namun ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Salah satunya soal pemerataan venue pertandingan. Ia berharap Piala Dunia tidak hanya difokuskan di Pulau Jawa.“Stadion lain bisa digunakan. Seperti di Bali atau di Palembang. Daerah lain juga harus diberi kesempatan, jangan hanya fokus di Jawa saja,” terangnya.Kesit juga mengingatkan agar Indonesia tidak terbuai dengan pujian FIFA usai sukses menggelar Piala Dunia U-17 2023. Sebab ada segudang pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. Salah satunya menyiapkan tim yang kompetitif, yang lahir dari kompetisi berjenjang.“Secara pelaksanaan sebagai tuan rumah sudah mampu. Tinggal timnya apakah mampu bersaing. Ternyata pembinaan usia dini sudah tidak bisa ditawar lagi. Sebab kompetisi kelompok umum sangat minim. Indonesia hanya turnamen, PSSI harus meningkatkan kompetisi,” pinta Kesit. (saf/ipg)